Yeremia 29:11 "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, dmikinlah firman TUHAN, yaitu rancangandamai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan".

Sabtu, 27 Agustus 2011

Teologi Skolalistik


BAB I
TEOLOGI SKOLASTIK SEBAGAI PERMULAAN  UNIVERSITAS
Filsafat Aristoteles menjadi dasar teologi kedua di samping Alkitab
Pengajaran Filsafat yang mereka pelajari bukannya memilih filsafat Aristoteles, melainkan bermaksud menggabungkan keduanya, sehingga Alkitab tidak lagi sebagai satu-satunya pusat teologi dan pikiran orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Alkitab hanya di lihat mempunyai wibawa dan menjadi sumber pengetahuan tentang keselamatan dan hidup yang baik dalam kehidupan Kristen, sedangkan Aristoteles di pandang sebagai sumber pengetahuan duniawi, pengetahuan ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Sejak itu, Alkitab tidak di anggap lagi berwewenang dalam bidang pengetahuan, melainkan menggantinya dengan filsafat Aristoteles menjadi ilmu pengetahuan. Contoh para teolog abad pertengahan Thomas Aquinas (1224-1274) dan John Duns Scotus 91266-1308), berusaha menghubungkan kedua kutub tersebut (bahwa dengan Filsafat) seperti arus listrik dalam lampu pijar, dan mencoba menyesuaikan pikiran dengan kepercayaan Kristen.
a.       Filsapat mulai menguasai teologi
Pada abad pertengahan Alkitab masih beriwibawa , tetapi teolog yang mau mengganakan filsafat yang sebenaranya kafir itu, berusaha untuh membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara Firman Tuhan dengan filsafat Aristoteles. Akibat sudah bercampurnya filsafat dengan Firman  Tuhan, maka sesungguhnya Alkitab tidak berkuasa.
Ø  Apa yang di cari Filsafat ada dalam Kristus
 Orang Kristen menguasai bahwa semua yang dicari dalam filsafat, seperti apa yang hendak di peroleh manusia, telah ada di dalam Tuhan Yesus
·         Tuhan sendiri adalah kebenaran (Yohanes 14:6)
·         Tuhan Yesus telah menjadikan hikmat bagi kita (1 Kor 1:30)
·         Di dalam Dialah tersembunyi segala harta  hikmat pengetahuan (Kolose 2:3).

BAB II
KONSEP HUMANISME MANUSIA SEBAGAI UKURAN SEGALANYA
                          Permulaan humanisme adalah dari kaum-kaum cerdik atau orang yang di akui berwibawa dibidang budaya dan kesenian. Mereka menarik kesimpulan untuk mundur kebelakang dan mendasarkan pikirannya atas pemikiran zaman kuno, yaitu pemikiran orang kafir. Contoh salah seorang humanisme yang saleh tetapi tidak percaya dengan sungguh-sungguh lagi  adalah filsuf italia Giovanni pico Della Mirandola (1463-1494) degan idenya tentang nilai manusia yang dirumuskan humanisme seluruhnya; Di tengah dunia, Allah meletakkan manusia tanpa karya tersendiri seperti Dia membagikan kepada semua mahluk lain. Manusia di ciptakan bersifat duniawi maupun surgawi. Dia dapat turun nilainya dan berubah seperti binatang , tetapi dia dapat juga  naik ke surga-semuanya terletak pada kehendaknya sendiri.Jangan kita membiarkan diri di sesatkan olek kesalahn!bukan manusia, melainkan Yesus Kristus adalah pusat penciptaan. Sama sekali bukan tergantung pada manusia untuk naik ke surga.
                          Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak manusia, tetapi kemurahan hati Allah. “Roma 9:16. Firman Allah berkata keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab dibawah langit tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat di selamatkan” Kis 4:12.
                          Bagi humanisme, Firman Allah tidak lagi sebagai patokan untuk mengukur segala sesuatu, melainkan di ukur berdasarkan segala patokan kebudayaan. Dengan  budaya, yang adalah hasil mausia, yaitu yang diciptkan, diletakkan di tempat wahyu Allah. Kepercayaan kepada Allah, penciptas  juruselamat, turun nilainya dan di ganti dengan sebagian budaya dan kehidupan roh manusia, dan pada akhirnya Firman Allah sendiri, yakni Alkitab hanya di lihat sebagai hasil kehidupan roh manusia.
                          Kebenaran pikiran yang sungguh-sungguh hanya terdapat dimana ada kebenaran, dan kebenaran hanya ada di dalam penyatuan dengan Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6). Dengan demikian kebenaran pikiran hanya ada di dalam Dia.





BAB III
FILSAFAT PENCERAHAN MENJADI DASAR PIKIRAN TEOLOGI HISTORIS-KRITIS
A.     Francis Bacon (1561-1624), seorang filsuf Empiris
Bacon dapat disebut sebagai pemula filsafat pencerahan. Dan bukunya yang berjudul NOVUM ORGANUM, walanupun buku ini hampir tidak terkenal, namun menjadi dasar kritik modern terhadap Alkitab. Isi bukunya adalah sebagai berikut”segala kebenaran hanya diperoleh secara induktif, yaitu melalui pengalaman dan pikiran yang di dasarkan atas empiris, melalui kesimpulan dari khusus kepada hal yang umum.
Inilah ilmu pengetahuan modern, yang mendasarkan ilmu atas metoda dan menghargainya sebagai kebenaran ilmiah, yaitu yang dihasilkan metoda-m etoda ilmiah. Dia mendaalikan tanpa bukti bahwa kebenaran dapat dicapai hanya melalui metoda induktif, akibatnya Kitab suci diasingkan dari kebenaran secara otomatis.
Bacon mengatakan “ saya mendirikan model yang benar mengenai dunia didalam manusia. Alkitab tidak memberi fakta apapun mengenai fisika. Alkitab hanya dilihat sebagai buku yang berguna bagi kesalehan.
B.Thomas Hobbes(1588-1679), seorang Filsuf Materialisme
Hobbes berpikir, bahwa semua ide dan pikiran adalah kesan panca indera. Dia mengatakan; “ Tidak ada satu konsep punyang sebelumnya tidak dimulai dari panca indera, baik seluruhnya ataupun sebagian. Menurut pandangannya adalah seluruh alam semesta adalah kebendaan, dan apa yang bukan benda sesungguhnya tidak ada.
Hobbes meragukan bahwa kepercayaan berarti hubungan secara real dan sungguh dengan Allah. Dia pemula krtik mujizat. Mujizat harus ditafsirkan, dan dimengerti seperti perumpamaan, hanya secara rohani dan tidak sebagai peristiwa. Dia yakin bahwa Alkitab tidak dapat memberitahukan wahyu apapun.Dia melihat AlkitaB banyak hal yang tidak masuk akal, mis Kristus adalah Allah, Allah adalah Tritunggal, jadi dia mengatakan bahwa harus di percaya secara buta. Istilah kepercayaan buta yang  sekarang sering  adalah Firman  ali dipakai , adalah diciptakan Hobbes. Dia yakin bahwa akal manusia adalah Firman yang tidak bisa ditentang.
Filsafat Bacon dan Hobes sama sekali tidak hanya sebagi dasar teologi historis-kritis, melainkan juga sebagai dasar ilmu pengetahuan. Jadi segala ilmu dan juga teologi historis-kritis didasarkan oleh penolakan terhadap wahyu Allah, dan oleh pikiran-pikiran yang menyembah akal manusia dan ilmu pengetahuan sebgai ilah. Akal budi dan ilmu pengetahuan menjadi berhala bagi manusia modern. Firman Allah telah menjanjikan dengan jelas: “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah , mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya
Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak pana dengan gambaran yang mirip (Roma 1:21-23).
C.     RENE DESCARTES (1596-1650), seorang rasionalisme
Adalah seorang filsuf lain yang penting dalam teologi histor kritris. Dia berkata “ Kalau saya ragu-ragu , saya berpikir dan kalau saya berpikir, pasti saya ada. Itulah yang tidak dapat diragukan, dengan demikian ada dasar pikiran yang tak tergoyahkan.

D.     BARUCH DE SPINOZA (1632-1677), seorang ahli filsafat rasional. Alkitab spinoza : Alkitab penuh dengan kontra diksi, dan dia juga berkata: Alkitab burtkan Firman Allah, tetapi dalam Alkitab  terdapat Firman Allah. Pandangan ini  pengaruh besar, tidak hanya kalangan para teolog historis-kritis, melainkan juga di kalangan para teolog injil. Pandangan ini mempunyai dua akibat yaitu:
1. Sebagian besar dari Alkitab khususnya PL, tidak diterima sebagai Firman Allah, melainkan hanya dilihat seperti soal-soal yang bersangkutan paut dengan sejarah umat israel.
2. Justru itu adalah latarbelakang baik ajaran filsafat mengenai Firman Allah.
Spinoja menulis bahwa Alkitab hanya berwewenang di dalam hal kepercayaan

Spinoza tidak mengakui Alkitab adalah penyataan Allah. Dia berpikir: “Memegangg Alkitab sebagai Firman Allah berarti mengubah kepercayaan menjadi takhayul. Dia juga menulis bahwa Alkitab hanya berwewenang di dalam hal-hal kepercayaan. Menurut dia, kepercayaan dan pemikiran harus dipisahkan.
Menurut spinoza juga, Alkitab hanya mengajar untuk menjadi taat, dan isinya menyesuaikan manusia dengan pengertian dan anggapan yang muncul di masyarakat. Dia tidak mengakui adanya mujizat.
Spinoza adalah pemula kritik terhadap Alkitab secara sistematis, dan mendasarkan metode historis-kritis dalam bidang Perjanjian Lama:
·         Dia mau membuktikan, bahwa Hukum Taurat (lima kitab Musa), tidak ditulis oleh Musa. Itulah dasar kritik sumber-sumber yang kemudian diciptakan.
·         Dia mereka-reka, buku nabi-nabi dikumpulkan sekecil-kecilnya dari buk lain.
·         Spinoza juga mengatakan, bahwa nabi Daniel hanya menulis sebagian bukunya dari 8 pasal sampai khir. Sejak itu buku Daniel dicurigai oleh para teolog histor-kritis,  yang menganggap bahwa kitab Daniel tidak ditulis sebelum Masehi. Maka benih keraguan yang ditaburkanoleh Spinoza berkembang hebat sekali.
·         Spinoza juga menaburkan benih keraguan yang bertumbuh sebagai masalah sinoptik. Dia menulis: “Tidak pantas dipercaya bahwa Allah menugaskan hidup Kristus yang diceritakan empat kali. Itu dalil tanpa bukti. Tetapi pemunculan benih keraguan nampaknya cukup untuk melihat kebenaran seperti sesuatu yang tidak dapat dipercayai.
·         Spinoza menyangkal kebangkitan Tuhan Yesus sebagai peristiwa dan kenyataan. Menurut dia, hanya penyaliban peristiwa yang bersifat historis, sedangkan kebangkitan adalah satu pengajaran yang dibuat oleh para rasul kepada manusia sebagai agama yang bersifat universal. Maka apa yang Rudolf Bultmann tulis: “Kebangkitan Yesus bukan peristiwa historis”, telah dirumuskan oleh Spinoza 200 tahun sebelumnya. Yang mengherankan, bukan hanya munculnya pikiran yang menyangkal kebangkitan Tuhan Yesus secara real dalam filsafat, karena filsafat pada dasarnya tidak takut kepada Tuhan, tetapi yang sangat mengerikan ialah bahwa para teolog historis-kritis percaya akan filsafat yang diinspirasikan oleh “bapa segala pendusta” (Yohanes8:44), tetapi tidak percaya akan Alkitan yang diilhamkan oleh Roh Kudus.
E.      DAVID HUME (1711-1776), seorang ahli filsafat EMPIRISMESKEPTIK
Pikiran David Hume menjadi dasar bagi positisme, dan melalui positisme juga eologi abad ini dipengaruhi, khususnya A. J. Ayer, yang  “berbicara tentang Allah secara menyeluruh-tidak berarti (‘All Go-talk is meaninggless)”, dan Paul Vab Buren yang menulis: Kata Allah telah mati” (the word God id dead), maka semua yang dikatakan dalam Alkitab adalah mengenai Alkitab tidak memberi satu informasi yang bersifat real. Hume adalah bapa “atheisme semantis.”
F.       IMMANUEL KANT (1724-1804), seorang ahli filsafat AGNOSTISISME
·          Kant berusaha menyesuaikan emperisme dengan rasionalisme, dan berkata: Isi pengetahuan adalah dari pancaindera, tetapi bentuknya terjadi melalui kecerdasan.
·         Sesuatu yang menampakkan diri bagi akal manusia dinamai fenomenon. Sedangkan sesuatu yang berada dalam dirinya sendiri dinamai noumenon. Dunia fenomeni, yaitu dunia seperti yang kita alami yang dapat kita capai melalui pengalaman dan pikiran, bukanlah fakta. Tetapi dunia noumeni bagi kita hanya sebagai dunia fonemeni.
·         Semua manusia merindukan kebahagian
·         Semua manusia wajib memenuhi tuntutan bersusila.
·         Karena kerinduan manusia terbatas, maka kesatuan antara merindukan kebagian dan hidup menurut tuntutan bersusila tidak dapat dicapai.
·         Kant menunjuk dengan seksama bahwa tuntutan itu bukan berarti sebuah bukti untuk keberadaan Allah. Walapun keberadaan Allah tidak dapat dipikirkan atau diketahui, tetapi manusia seharusnya hidup dan berbuat seolah-olah Allah ada.
·         Menurut Kant, Allah di anggap baik demi manusia, baik untuk hidup sesuai dengan kewajiban yang bersusila. Dia adalah satu ilah yang sesuai dengan permintaan manusia bagi dirinya sendiri. Karena manusia memerlukan-Nya, maka Dia harus ada.
BAB IV
KONSEP IDEALISME-IDE KEMAJUAN
Pada abad pencerahan, manusia hampir lupa berpikir tentang sejarah dan hanya berkonsentrasi atas konsep-konsep pikiran. Kemudian akhir abad XVIII, konsep sejarah baru muncul dalam beberapa buah buku.
Yang pertama ditulis oleh Gotthold Ephraim Lessing(1729-1781)=Pendidikan Umat Manusia.
Yang kedua ditulis John Gottfried Herder (1744-1803)=Pikiran tentang Filsafat Sejarah Manusia.
Yang ketiga ditulis  oleh Georg Wilhelm Hegel (1770-1831)=Fenomenologi Roh.
Ketiga orang tersebut saling berhubungan dalam hal pikiran sejarah. Tetapi hanya Georg Wilhelm seorang Filsuf idealisme atau dengan istilah yang dipakai di Amerika: transendentalisme.
Pikiran Hegel terutama tentang sejarah: Sejarah adalah sejarah Allah sendiri, atau lebih teliti sejarah Roh. Dalam sejarah, Allah sendiri mengalami perubahan. Sejarah adalah perantaraan dialektis Allah dengan diri-Nya sendiri.
Ide kemajuan ini berpengaruh dalam abad XIX sampai abad ini, terakhir gagal dalam perang dunia pertama, sedangkan pikiran Hegel bahwa sejarah adalah perantaraan dialektis Allah dengan dirinya sendiri, sudah sejak kira-kira tahun 1850 tidak diterima lagi.
BAB V
SOREN AABY KIEKEGAARD (1813-1855)
SEORANG AHLI FILSAFAT EKSISTENSIALISME
·         Kiergaard mendefenisikan Allah demikian: “Allah adalah yang lain sama sekali”dan” yang rupanya bertentangan”(tidak dalam diri-Nya sendiri tetapi terhadap manusia yang terbatas). Pertemuan dengan Allah hanya mungkin secara subyektif dan tidak mempunyai sebab yang langsung masuk akal, melainkan harus ditangkap dengan loncatan kepercayaan. Ini berarti; dasar atau alasan kepercayaan tidak ada; yang ada kepercayaan tanpa dasar.
·         Kierkegaard sendiri secara pribadi percaya bahwa sebagian Alkitab bersifat historis, dan kebangkitan-Nya adalah peristiwa historis.
·         Kiekegaard melihat ilham Alkitab sebagai hal yang bersifat subyektif. Dia secara pribadi menerima Alkitab sebagai Firman Allah, tetapi dia juga memungkiri bahwa kepercayaan tentang ilham mempunyai dasar yang obyektif.
Kierkegaad beranggapan bahwa kata-kata Alkitab tidak menjelaskan atau menggambarkan Allah, melainkan hanya berarti petunjuk kepada Dia. Mereka seperti anak panah yang dilepaskan ke arah Allah, tetapi jatuh ketanah sebelum sasarannya tercapai. Dengan demikian, Alkitab bukan wahyu Allah melainkan hanya satu usaha manusia untuk mencapai Allah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar